(Teknik Mesin-ITS) Mahasiswa teknik berbicara politik? Sepintas
terpikir oleh kita bahwa itu adalah bahasan yang berat. Pertanyaan berupa
“mengapa harus bahas politik?” terlontar dari teman-teman kami. Maka dari itu,
untuk memberi pencerahan, simak tulisan kami ya.
Permasalahan di bangsa dan negara ini bukanlah
hanya milik para politisi dan bapak presiden yang duduk di singgasana saja.
Namun, juga milik kita, mahasiswa. Sebagai kaum intelektual, yang sudah
bergelas “Maha”, terkadang kita enggan untuk menyentuh yang namanya politik.
Atau bahkan, ada beberapa yang memberikan kesan negatif ketika mendengar
kata-kata “politik”. Dan ada juga yang memilih untuk tidak mengemukakan
pendapatnya alias diam. Tidak bisa disalahkan bagi mereka yang berpendapat
seperti itu, karena mungkin saja pemuda-pemuda di Indonesia ini sudah sangat
muak dengan politisi-politisi yang gemar membuat perkara sehingga rujukan yang
terlintas ketika mendengar kata “politik” ya “kelakuan politisi”.
Sebenarnya, apa sih tujuan dari “Mahasiswa
harus tahu politik”? Kalau kita mengutip kutipan dari Aristoteles, politik
sendiri memiliki arti “Usaha yang ditempuh sekelompok manusia untuk mewujudkan
kebaikan bersama”. Itu adalah teori klasik dari bapak filosofi dunia. Namun, itulah
yang harusnya menjadi refleksi untuk kita dan menjadi jawaban atas pertanyaan
tentang mengapa harus belajar politik. Kami teringat akan 4 peran fungsi
mahasiswa yang pernah diberikan pada saat Gerigi (Generasi Integrasi ITS) tahun
2011 lalu.
Disana disebutkan bahwa mahasiswa memiliki 4 peran yang bersifat “Mandatory” yaitu Agent of Change, Social
Control, Moral Force, dan Iron Stock. Kami tidak akan menjelaskan
satu persatu apa arti dari ke-4 istilah itu, karena kami yakin teman-teman jauh
lebih paham makna dari itu semua. Memang tidak mudah untuk mengaplikasikan
dalam kehidupan nyata.
Apalagi ditambah dengan kesibukan kita semua yang tidak
bisa dihindari. Namun, alangkah baiknya jika kita perlahan-perlahan
merenungkan, tujuan kita untuk mengetahui politik itu untuk siapa sih?. Tentu
ke-4 peran fungsi mahasiswa itu implementasinya kepada peran kita dalam
pembangunan bangsa dan negara Indonesia ke-depannya. Tapi sayang, mahasiswanya
saja “ogah” melirik politik, bagaimana bisa mengimplementasikan hal-hal
tersebut.
Mungkin keengganan tersebut bisa dilandaskan
pada pemikiran seperti, dunia politik adalah tempat orang-orang kotor berkumpul
dan para calon insinyur atau mahasiswa lain yang berlandaskan kebenaran terlalu
putih atau suci untuk memahaminya. Politik hanya untuk urusannya orang tua dan
wakil rakyat di gedung pemerintahan sana. Kita seharusnya tertampar oleh
pemikiran seperti itu.
Kita seharusnya sadar bahwa apabila Indonesia ini
hancur, tentu kita juga akan hancur. Kami teringat akan sosok Soe Hoek Gie yang
partisipasinya di politik cukup dikenal di kalangan mahasiswa saat ini. Tentu
partisipasi yang dilakukan olehnya menandakan bahwa dia melek politik. Mungkin
sampai saat ini, cuma dia sosok satu-satunya generasi muda pada masanya yang
masih antusias untuk tahu keadaan negerinya sendiri. Bukan saya, kamu, ataupun
kita semua.
Tentu Soe Hoek Gie bukanlah orang yang gampang
terhasut oleh arus politik pada saat itu. Dia mampu memposisikan dirinya
sebagai mahasiswa yang netral. Melek politik bisa juga berarti mampu
mempertahankan idealismenya. Tentu mahasiswa yang melek politik pasti akan
berada pada posisi netral, atau bahkan bisa menjadi pihak oposisi yang netral.
Seperti Soe Hoek Gie, mungkin apabila dia tidak mempunyai ideologinya sendiri,
dia sudah gampang terhasut oleh partai-partai politik, mengingat posisi dia
pada saat itu sangat penting sekali di pergerakan mahasiswa saat itu. Namun, kita
sudah tahu Soe Hoek Gie seperti apa bukan?.
Kalau kita tidak melek politik, enggan
berpartisipasi dalam kegiatan politik, mungkin akan banyak tangan-tangan para
politisi yang terbuka lebar siap menangkap kita semua yang tidak tahu apa-apa
tentang politik. Karena posisi kita disini sangat rentan untuk dihasut dengan
iming-iming apapun itu. Partisipasi dalam kegiatan politik disini bukan berarti
jadi “TSK” atau Tim Sukses dari suatu parpol atau siapapun lho ya. Namun, ikut
terlibat dalam setiap tahapan kebijakan pemerintah. Mulai dari pembuatan,
penilaian keputusan, hingga memantau keputusan/kebijakan pemerintah.
So, yuk kita sama-sama belajar mengenal
politik. Sebagai penutup, kami mengucapkan terima kasih karena telah membaca
artikel kami. Tunggu artikel kami selanjutnya ya. (rymnd/dimensi)
“Apabila
politisi berkaitan erat dengan kekuasaan, dan Ilmuwan/Insinyur berkaitan erat
dengan kebenaran. Apa yang akan terjadi jika keduanya digabungkan? Tentu
tidaklah lain, akan menciptakan suatu sosok yang memegang kekuasaan yang
dilandaskan kebenaran” – Anonymous
0 tanggapan:
Posting Komentar