Talkshow M33 bagi
Almamater untuk Kemajuan Bangsa
Menjalani perkuliahan di perguruan tinggi
terutama Institut memang memiliki rutinitas yang cukup padat. Hal yang demikian
rasanya sebanding dengan harga yang diterima ketika para sarjana dinyatakan
lulus dari perguruan tinggi tersebut. Diterima di perusahaan besar dan ternama
di negeri sendiri adalah impian bagi hampir seluruh sarjana yang telah
merayakan kelulusannya. Tentu saja dengan harapan mendapatkan pengalaman serta
honor yang lebih ketika bekerja disana.
Sangat beruntung, siang ini, 25 Sepember
2015, Mahasiswa Teknik Mesin FTI ITS mendapatkan kunjungan dari alumni-alumni Teknik
Mesin M33 untuk berbagi pengalaman serta inspirasi bagi penimba ilmu di Teknik Mesin
ITS tercinta ini. Sangat pas memang,
di detik-detik akhir ‘menjemput’
Masyarakat Ekonomi ASEAN para alumni ini menyediakan waktu bagi kami untuk
sekedar berbagi pengalaman mereka dan bertukar pikiran dari semua aspirasi yang
kami ajukan. Meskipun di awal waktu jumlah peserta yang datang hanya segelintir
saja, tetapi ketika memasuki inti acara peserta sudah memenuhi ruangan Talkshow
saat itu. Yah. Meskipun terkesan
sangat padat kegiatan ataupun aktivitas yang dilakukan mahasiswa Teknik Mesin,
meluangkan waktu seperti ini memang sangat perlu untuk dipertimbangkan. Karena
memang kebutuhan mahasiswa saat ini tidak hanya sekadar teori dalam kelas
melainkan perlu mengetahui dengan cukup jelas seperti apakah medan yang akan
mereka hadapi nantinya selepas dari bangku perkuliahan. Dari sekian pembicara
yang hadir, hampir semuanya berlatar belakang pekerjaan yang berbeda. Mulai
dari Presiden Direktur PT Medco Biodaya Nusantara, Bapak Didik Ari Purwanto,
Kepala Bengkel Auto2000 Bapak Brantas Manunggal Wibowo, Bapak Iman Supriyono
yang sejak awal perkuliahan mengambil jalur entrepreneurship
dansekarang sebagai owner SNF Consuling serta ada juga Bapak Kholis yang
sepertinya menjadi engineer sejati,
menjadi tim maintenance di suatu
perusahaan ternama.
gambar 2 : Suasana peserta Talkshow alumni M33
Beberapa hal yang disampaikan Pak Iman
menjawab pertanyaan dari peserta diantaranya adalah menyangkut tentang jenis
keprofesian di dunia kerja, nasionalisme dalam dunia kerja, serta kepribadian
yang ideal bagi seorang mahasiswa. Berkaitan
dengan jenis keprofesian di dunia kerja Pak Iman menggambarkan ada 2 tipe
keprofesian sarjana teknik yaitu Praktisi dan Peneliti/Ilmuan. Perbedaannya
adalah pada kerja yang dihasilkan, praktisi seperti dicontohkan adalah kepala
Bidang Bengkel pada satu perusahaan maka hasil kerjanya dapat dilihat dari
seberapa besar produktifitas bengkel yang ia pimpin, sedangkan peneliti/ilmuan
dibutuhkan oleh praktisi sebagai jalan untuk memaksimalkan produktifitas.
Penjelasan tersebut sekaligus menjawab pertanyaan dari salah seorang peserta
tentang penting tidaknya melanjutkan studi S2, beliau menambahkan bahwa studi
S2 lebih mengarah pada jenis keprofesian peneliti/ilmuan Menanggapi pertanyaan
selanjutnya mengenai isu-isu nasionalisme dalam dunia kerja,.Dalam mengulas isu
ini Pak Iman juga menambahkan mengenai pentingnya semangat nasionalisme dalam
dunia kerja. Beliau mengatakan bahwa meskipun Indonesia adalah salah satu Negara
G20 (20 Negara dengan pendapatan perkapita tertinggi) namun sebagian besar
adalah imbas dari pesatnya perusahaan asing di Indonesia, sehingga beliau
menghimbau kepada para peserta untuk berani bersaing dengan
perusahaan-perusahaan asing. Beliau menceritakan kekhawatirannya akan masa
depan bangsa indonesia yang bisa jadi akan bernasib sama seperti suku Indian di
Amerika dan Aborigin di Australia yang kalah oleh bangsa asing di tanahnya
sendiri.
Rasanya banyak sekali ilmu yang di dapatkan
bagi kami sebagai Mahasiswa Teknik mesin, mulai dari cara memimpin yang di tunjukkan
oleh Bapak Didik selaku Presiden Direktur serta apa saja yang dibutuhkan dalam
kepemimpinan suatu perusahaan. Beliau pun menjelaskan bahwa meniti karir di
dunia industri tidaklah sama dengan sekedar mencari uang untuk kebutuhan hidup.
Karena karir itu perlu dibangun atas kepercayaan dan segala ilmu yang
dibutuhkan untuk membangun bisnis atau perusahaan itu. Di lain sisi, Bapak Brantas selaku kepala
Bengkel Auto2000 menjelaskan, ternyata jika kita ingin menjadi seorang karyawan
di suatu perusahaan tidak perlu untuk menempuh kuliah hingga S2, karena dari
pihak perusahaan telah menyediakan semacam perangkat untuk sistem penaikan
golongan bagi karyawan yang bekerja disana. Begitu pula pak Kholis, beliau juga
menyampaikan jika kita menjadi karyawan ataupun Manager suatu divisi Maintenance maka sebagai Engineer kita harus siap 24 jam nonstop.
Bagaimana tidak, karena mesin nya bekerja secara kontinyu yang artinya jika
berhenti adalah suatu kerugian bagi perusahaan. Adapun pak Iman Supriyono, selain menjadi
pembicara beliau juga yang membawakan acara talkshow alumni ini dengan menyenangkan.
Perjalanan hidup beliau mungkin bagi sebagian orang dianggap ‘nyeleneh’ sebagai engineer karena ia mengawali karirnya dengan berwirausaha hingga
sekarang. Bahkan beliau menikah di usia yang cukup muda saat itu. Apa yang
disampaikan beliau pun sesuai dengan apa yang beliau jalani, bahwa persaingan
kita ini bukan kalah di pengetahuan atau apapun lainnya tetapi dalam dunia
industri ataupun perdagangan kita selalu kalah dalam hal disiplin. Berdaya
saing tinggi nampaknya belum kita miliki sebagai warga dunia yang bersaing
secara global.
Suasana yang dibawa dengan keakraban sejak
awal acara, membuat peserta dan pembicara tampak cukup akrab. Banyak dari
peserta yang antusias serta memberikan tanggapan berupa pertanyaan. Acara yang terselenggara atas koordinasi dari
Ikatan Alumni ITS komisariat Mesin, Jurusan Teknik Mesin ITS dan Departemen
Hubungan Luar Himpunan Mahasiswa Mesin Teknik Mesin ITS ini sangat bermanfaat
bagi mahasiswa untuk meniti Kehidupan pasca jenjang strata yang pada akhirnya
tujuan akhirnya sama untuk memajukan Negara Indonesia di mata dunia. (/mm)
0 tanggapan:
Posting Komentar