Benarkah “pengkaderan” hanya sebagai ajang balas dendam??
ilustrasi |
Sebuah pertanyaan yang klasik
yang hampir setiap tahunnya ketika ada mahasiswa (atau pun siswa baru) yang
masuk dalam suatu sistem pendidikan yang lebih tinggi. Tapi apa jawaban dari
para “senior” yang sudah lama menjadi mahasiswa atau biasa kita sebut dengan
sebutan mahasiswa lama? Beberapa dari mereka mengatakan pastinya BUKAN
(capslock) untuk ajang balas dendam tetapi hanya untuk semata-mata mengajar dan
mendidik mereka untuk lebih mandiri atau bahkan untuk lebih independen dan juga
lebih bermental kuat. Tapi apakah cara para senior atau mahasiswa lama ini
sudah tepat untuk pembentukan karakter seorang “mahasiswa baru”? atau bahkan
hanya untuk membunuh karakter mereka?
Dari pengamatan dan kesaksian
dari beberapa mahasiswa baru, mereka beranggapan, mahasiswa lama itu hanya
semata-mata untuk membalaskan egoisme mereka. Mencari sebuah kepuasan atau
hanya untuk mencari sebuah lelucon untuk kesenangan pribadi merupakan hal yang
sangat sepele bagi mahasiswa lama, tetapi menjadi sesuatu yang sangat berdampak
besar bagi mahasiswa baru. Sebut saja Y, seorang mahasiswa baru di salah satu jurusan
yang ada di kampus Perjuangan Surabaya. Dia memaparkan bahwa mahasiswa lama
atau seniornya hanya mau memenuhi egoisme dan melihat mahasiswa baru sebagai
ajang “permainan”.”Tadi aku berempat sama temen lagi jalan di jurusan kami,
trus ada senior yang melempari kami sampah dan menyuruh kami membuang sampah
yang telah dia buang, emangnya kami ini tempat sampah? Habis itu mereka
ketawa-ketawa, seperti senang banget kami di anggap sebagai tempat sampah” ujar
Y. Dia juga mengatakan bahwa jika memang
pengkaderan merupakan sarana mendidik, apakah ini yang di sebut dengan
mendidik? Mendidik menjadi pembantu? Sepertinya mahasiswa lama kayak tidak
dididik dengan baik sehingga memberikan contoh yang sangat tidak baik kepada
mahasiswa baru yang kemungkinan besar akan di ulangi lagi oleh mahasiswa baru
tersebut ketika dia menjadi mahasiswa lama tahun depan.
Pengkaderan
itu penting, tetapi harus melihat juga kemajuan zaman sekarang. Apakah dengan
cara lama masih bisa digunakan untuk zaman sekarang? Apakah sistem lama dapat
digunakan untuk menghadapi(sebagai contoh) salah satu Global Project PBB 2015?
Pengendalian diri juga salah satu
hal yang harus dikedepankan untuk mahasiswa lama. Menggunakan emosi dalam hal
ini “mungkin” saja diperbolehkan, tapi apakah emosi itu dapat kita kontrol?
Jawabanya ada pada diri masing-masing. Dilihat dari tingkat kedewasaan tiap
mahasiswa lama. Tetapi pengendalian diri juga di butuhkan oleh mahasiswa baru
untuk menghadapi kerasnya kehidupan yang ada di kampus. Dengan mengendalikan
diri, mahasiswa baru dapat menemukan tujuan yang baik dalam sistem pengkaderan
dan juga dapat meningkatkan tingkat kedewasaannya. Dengan begitu, mahasiswa lama dan juga
mahasiswa baru dapat bekerja sama dengan baik untuk mendapatkan tujuan utama
dalam pengkaderan tersebut. Jika dikaitkan dengan ajaran agama, kita juga dapat
menghindari dosa dan juga dapat beramal dengan memberikan ilmu kita kepada
mahasiswa baru.
Tetapi jika di lihat dari sisi lain, cara "edukasi" seperti ini terbilang ampuh untuk membuat sifat manja dan suka berdiam diri di zona nyaman maba dirubah. mereka berusaha dikenalkan dengan kondisi baru yang mungkin saja akan lebih sering mereka temui dalam kehidupan sehari-hari sebagai seorang mahasiswa . dan juga membentuk karakter mahasiswa yang lebih kuat untuk menghadapi kerasnya kehidupan mahasiswa. Semuanya itu dikembalikan lagi kepada para pembaca untuk menyikapi hal ini. (bai/das)
Tetapi jika di lihat dari sisi lain, cara "edukasi" seperti ini terbilang ampuh untuk membuat sifat manja dan suka berdiam diri di zona nyaman maba dirubah. mereka berusaha dikenalkan dengan kondisi baru yang mungkin saja akan lebih sering mereka temui dalam kehidupan sehari-hari sebagai seorang mahasiswa . dan juga membentuk karakter mahasiswa yang lebih kuat untuk menghadapi kerasnya kehidupan mahasiswa. Semuanya itu dikembalikan lagi kepada para pembaca untuk menyikapi hal ini. (bai/das)
Menurut saya, pengkaderan bukanlah ajang balas dendam. Kala di telisik lebih lanjut, untuk apa kita mengikuti forum yg diadakan seminggu 3 kali hanya untuk tau perkembangan maba dan progress angkatan mereka?
BalasHapusapa kurang kerjaan kah anggota himpunan melakukannya?
mending tidur di rumah dan nonton film dibandingkan harus ikut membahas maba yang nota bene bukan siapa-siapa kita
menurut saya, kalau hanya ajag balas dendam, untuk apa sulit-sulit melakukan hal tersebut?
bukankah proker dan agenda himpunan setumpuk untuk dilaksanakan?
semua alasannya adalah karena pengkaderan punya tujuan yang jelas tentang penerus-penerus himpunan selanjutnya dan karena kita peduli sebagai senior untuk tau perkembangan calon penerus himpunan
bisa kita bandingkan kok himpunan yang pengaderannya masih berlaku dan yang pengaderannya hanya sebatas formalitas tetapi smua maba d angkat atau ada pemutihan
semua terlihat sebagai suatu bukti dan fakta
sebaiknya perlu dikaji lagi lebih dalam, fungsi pengaderan sendiri bila masih meragukan kualitas maba hasil kaderan dengan maba tanpa dikader
tapi bila ditanyakan kepada saya, secara pribadi saya setuju dengan pengaderan tetapi dengan batasan tertentu dan beresensi pastinya