Engineer tanpa politik hanyalah seorang kuli. Benarkah? [OPINI]

| Kamis, 15 Mei 2014


Beberapa bulan lalu ketika beberapa keredaksian dari Dimensi mengikuti kuliah tamu dari SOSMAS HMM mengenai pergerakan mahasiswa, ada satu statement yang akhirnya kami buat yang bisa membangkitkan kembali pergerakan mahasiswa dan membuat mahasiswa khususnya teknik Mesin dapat kembali lagi ke habitat awalnya, untuk bisa menjadi tumpuan negri ini. bahwa Engineer tanpa ilmu politik hanyalah seorang kuli yang bisa di suruh membuat atau merancang sebuah mesin, bukan mengambil keputusan yang bijaksana, bukan sebagai Agent of Change yang akan mengubah sebuah struktur (pemerintahan mungkin) dengan sebuah pengambilan keputusan.






Menurut salah satu staff departemen komunikasi dan informasi (kominfo) dari BEM FTI ITS periode 2012-2013 mengungkapkan bahwa politik dan engineer itu sangat dekat hakikatnya, tetapi sayangnya mahasiswa ITS masih kebanyakan menganggap POLITIK itu adalah sesuatu yang sangat kotor. "Saya Pernah bertanya kepada salah satu anak ITS yang mungkin sangat anti yang namanya politik, dia berkata kalau kita sebagai mahasiswa ITS itu kuliah engineering yah harusnya tentang engineering saja. nanti urusan politik serahkan saja sama yang ahli. Dia (anak ITS yang katanya anti Politik -red) berkata bahwa akan mencoba berkontribusi lewat BUMN dsb".


Menurut opini staff kominfo yang tidak mau disebutkan namanya ini, percuma saja jika kita tidak mengerti politik dan mau berkontribusi misalnya di BUMN. Jika mainset pikiran kita hanya bekerja saja dan tidak mau memimpin atau kasarnya hanya jadi kuli, mungkin politik tidak menjadi sesuatu yang penting. Tetapi jika mainset kita sebagai seorang Agent Of Change atau sebagai "History Maker" yah mengertilah sedikit tentang politik.

Dia juga menambahkan bahwa jika engineer tidak mengerti politik akan berdampak buruk kepada engineer itu sendiri. "Misalnya seorang engineer dalam mengambil keputusan harus berbasis hukum juga, misalnya K3 itu ada standar dari pemerintah, power plant juga. Kalau misalnya engineer tidak tau aturan dan perkembangan negara, maka keputusan yang dia buat gak akan sejalan sama aturan negara."

Dia juga berpesan agar mahasiswa melek politik, banyak membaca tentang apa yang sedang terjadi di negara kita, "jangan kalo membaca koran, bagian olahraganya dulu yang di baca" serunya.
dia juga berpesan, ITS yang sekarang sudah mulai terangkat namanya, para mahasiswanya harus peka terhadap perkembangan politik dan peka juga terhadap nasib rakyat.




Berbeda dengan Esteban M52 (nama samaran), yang mengatakan bahwa politik itu tidak penting. "Hmm, mungkin bukan bidang kita sebagai engineer untuk bicara politik dan aku gak ngerti yang namanya politik dan mindset aku tentang politik sudah negatif, jadinya tambah males." tandasnya.

tetapi, di balik ketidaksukaannya akan politik, esteban M52 mengakui bahwa politik memiliki dampak yang cukup besar dalam kehidupan engineer kedepannya. Dia berkata, "Tapi, politik udah masuk ke dunia engineer. contohnya di perusahaan-perusahaan. kalau anak teknik gak ngerti politik bisa-bisa dibodohin"

Hampir sama dengan esteban M52, MF M56 mengungkapkan bahwa politik kadang membingungkan sehingga membuat beberapa mahasiswa ITS tidak mau menyentuhnya. "Saya pribadi awalnya suka tentang politik namun ketika saya lihat politik di Indonesia, kenapa ketika ada sebuah gagasan yang bisa memajukan Indonesia politik malah menghambat? " kata MF



Sebenarnya yang menjadi masalah adalah mindset mahasiswa ITS yang mengatakan bahwa Politik sudah sangat buruk dan jelek. Pertanyaan yang dapat ditanyakan adalah kenapa bisa mindset mereka menjadi jelek? 
Anis Baswedan (Rektor Universitas Paramadinaa) pernah berkata dalam wawancara bersama Najwa Shihab bahwa kenapa negara ini memiliki politikus yang buruk? karena semua orang baik lebih bersikap diam daripada bergerak, sehingga yang jahat dapat berkuasa.

Mungkin itu bisa menjadi jawaban kenapa mindset beberapa mahasiswa ITS sudah menjadi jelek mengenai politik. karena sebagian mereka lebih memilih diam dan menonton negara ini di porak-porandakan oleh beberapa orang yang hanya mengejar keinginan pribadi. 
Karena sudah terlanjur porak-poranda mungkin menjadi alasan juga kenapa beberapa mahasiswa ITS sudah malas dan tidak mau lagi berkecimpung dalam dunia politik.
Tidak ada salahnya jika mahasiswa belajar sedikit tentang politik, membaca dan megetahui prosedur dan undang-undang negara tentang Energi dan Minyak (yang sesuai dengan latar belakang kita sebagai Engineer), dan juga belajar bagaimana cara untuk mengambil sebuah keputusan (jika kita menjadi pemimpin perusahaan) yang berasaskan pancasila dan undang-undang.
Percuma toh nanti kalo misalnya kita mau membuka sebuah lapangan kerja atau berwirausaha tapi tidak menbgetahui aturan dan perundang-undangan tentang wirausaha, salah satunya ada pada Peraturan Pemerintah Nomr 60 tahun 2013 dan juga Nomor 27 tahun 2013 tentang pengembangan inkubator wirausaha.

Banyak negarawan kita yang berlatar belakang engineer dan berhasil menjadi pemimpin karena dimulai dari pikiran mereka yang kritis terhadap lingkungan mereka. Contohnya, mantan Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno.

 beliau masih bekerja sebagai arsitek dan juga sebagai pemikir bagaimana cara membuat Indonesia dapat merdeka. bahkan Belanda sempat menahan Soekarno karena pikirannya yang cukup kritis sehingga dapat menghasut masyarakat untuk melakukan perlawanan. bahkan ketika beliau di tahan di penjara elit Belanda, Soekarno menemukan cara untuk dapat berkomunikasi denga istrinya yaitu dengan menggunakan telur dimana cara yang digunakan sedikit berbeda yaitu dengan menusuk jarum ke telur. Jika satu tusukan pada telur berarti kabar baik, jika tusukan sebanyak dua kali pada telur artinya seorang teman Soekarno tertangkap namun jika terdapat tiga tusukan berarti aktivis kemerdekaan yang ditangkap cukup besar.


Contoh lain adalah tahanan KPK, yang dulunya adalah kepala satuan khusus SKK MIGAS, Rudi Rubiadini yang merupakan salah satu akademisi yang cukup pintar di bidang perminyakan. Karena beliau mau belajar politik, beliau bisa menjadi ketua SKK Migas, tetapi menyelewengkan kekuasaannya  yang akhirnya menjebloskan dia kedalam penjara. 



Selama tujuan kita baik untuk mempelajari politik, niscaya negara ini akan menjadi lebih baik dari masa sekarang. Karena pada zaman dulu, orang-orang yang bergerak di bidang politik adalah orang-orang yang memiliki tujuan mulia terhadap negaranya. Mahfud MD pun berkata "Dulu tokoh-tokoh kita berpolitik itu bersih, tidak ada yang pakai uang seperti sekarang, sehingga membuat politik menjadi kotor. Tetapi, jangan lupa bahwa politik itu merupakan fitrah manusia," kata tokoh asal Pamekasan, Madura, itu.



Mulailah dari membaca, dan selalu menanyakan "Mengapa" terhadap apa yang kau baca untuk melatih pikiran kritismu (ybs/dimensi)

1 tanggapan:

  1. Saya sebagai mahasiswa ITS juga prihatin mengapa tidak ada mahasiswa ITS yang peduli terhadap politik, minimal politik di Indonesia, kebanyakan hanya fokus terhadap diri sendiri saja

    BalasHapus

Next Prev
▲Top▲