Newest Post

Jadi Mahasiswa yang Melek Politik!

| Senin, 19 Mei 2014
Baca selengkapnya »


(Teknik Mesin-ITS)    Mahasiswa teknik berbicara politik? Sepintas terpikir oleh kita bahwa itu adalah bahasan yang berat. Pertanyaan berupa “mengapa harus bahas politik?” terlontar dari teman-teman kami. Maka dari itu, untuk memberi pencerahan, simak tulisan kami ya.

Permasalahan di bangsa dan negara ini bukanlah hanya milik para politisi dan bapak presiden yang duduk di singgasana saja. Namun, juga milik kita, mahasiswa. Sebagai kaum intelektual, yang sudah bergelas “Maha”, terkadang kita enggan untuk menyentuh yang namanya politik. Atau bahkan, ada beberapa yang memberikan kesan negatif ketika mendengar kata-kata “politik”. Dan ada juga yang memilih untuk tidak mengemukakan pendapatnya alias diam. Tidak bisa disalahkan bagi mereka yang berpendapat seperti itu, karena mungkin saja pemuda-pemuda di Indonesia ini sudah sangat muak dengan politisi-politisi yang gemar membuat perkara sehingga rujukan yang terlintas ketika mendengar kata “politik” ya “kelakuan politisi”. 



Sebenarnya, apa sih tujuan dari “Mahasiswa harus tahu politik”? Kalau kita mengutip kutipan dari Aristoteles, politik sendiri memiliki arti “Usaha yang ditempuh sekelompok manusia untuk mewujudkan kebaikan bersama”. Itu adalah teori klasik dari bapak filosofi dunia. Namun, itulah yang harusnya menjadi refleksi untuk kita dan menjadi jawaban atas pertanyaan tentang mengapa harus belajar politik. Kami teringat akan 4 peran fungsi mahasiswa yang pernah diberikan pada saat Gerigi (Generasi Integrasi ITS) tahun 2011 lalu.

Disana disebutkan bahwa mahasiswa memiliki 4 peran yang bersifat “Mandatory” yaitu Agent of Change, Social Control, Moral Force, dan Iron Stock. Kami tidak akan menjelaskan satu persatu apa arti dari ke-4 istilah itu, karena kami yakin teman-teman jauh lebih paham makna dari itu semua. Memang tidak mudah untuk mengaplikasikan dalam kehidupan nyata.

Apalagi ditambah dengan kesibukan kita semua yang tidak bisa dihindari. Namun, alangkah baiknya jika kita perlahan-perlahan merenungkan, tujuan kita untuk mengetahui politik itu untuk siapa sih?. Tentu ke-4 peran fungsi mahasiswa itu implementasinya kepada peran kita dalam pembangunan bangsa dan negara Indonesia ke-depannya. Tapi sayang, mahasiswanya saja “ogah” melirik politik, bagaimana bisa mengimplementasikan hal-hal tersebut.
 
Mungkin keengganan tersebut bisa dilandaskan pada pemikiran seperti, dunia politik adalah tempat orang-orang kotor berkumpul dan para calon insinyur atau mahasiswa lain yang berlandaskan kebenaran terlalu putih atau suci untuk memahaminya. Politik hanya untuk urusannya orang tua dan wakil rakyat di gedung pemerintahan sana. Kita seharusnya tertampar oleh pemikiran seperti itu.

Kita seharusnya sadar bahwa apabila Indonesia ini hancur, tentu kita juga akan hancur. Kami teringat akan sosok Soe Hoek Gie yang partisipasinya di politik cukup dikenal di kalangan mahasiswa saat ini. Tentu partisipasi yang dilakukan olehnya menandakan bahwa dia melek politik. Mungkin sampai saat ini, cuma dia sosok satu-satunya generasi muda pada masanya yang masih antusias untuk tahu keadaan negerinya sendiri. Bukan saya, kamu, ataupun kita semua.


Tentu Soe Hoek Gie bukanlah orang yang gampang terhasut oleh arus politik pada saat itu. Dia mampu memposisikan dirinya sebagai mahasiswa yang netral. Melek politik bisa juga berarti mampu mempertahankan idealismenya. Tentu mahasiswa yang melek politik pasti akan berada pada posisi netral, atau bahkan bisa menjadi pihak oposisi yang netral. Seperti Soe Hoek Gie, mungkin apabila dia tidak mempunyai ideologinya sendiri, dia sudah gampang terhasut oleh partai-partai politik, mengingat posisi dia pada saat itu sangat penting sekali di pergerakan mahasiswa saat itu. Namun, kita sudah tahu Soe Hoek Gie seperti apa bukan?.

Kalau kita tidak melek politik, enggan berpartisipasi dalam kegiatan politik, mungkin akan banyak tangan-tangan para politisi yang terbuka lebar siap menangkap kita semua yang tidak tahu apa-apa tentang politik. Karena posisi kita disini sangat rentan untuk dihasut dengan iming-iming apapun itu. Partisipasi dalam kegiatan politik disini bukan berarti jadi “TSK” atau Tim Sukses dari suatu parpol atau siapapun lho ya. Namun, ikut terlibat dalam setiap tahapan kebijakan pemerintah. Mulai dari pembuatan, penilaian keputusan, hingga memantau keputusan/kebijakan pemerintah.
So, yuk kita sama-sama belajar mengenal politik. Sebagai penutup, kami mengucapkan terima kasih karena telah membaca artikel kami. Tunggu artikel kami selanjutnya ya. (rymnd/dimensi)

“Apabila politisi berkaitan erat dengan kekuasaan, dan Ilmuwan/Insinyur berkaitan erat dengan kebenaran. Apa yang akan terjadi jika keduanya digabungkan? Tentu tidaklah lain, akan menciptakan suatu sosok yang memegang kekuasaan yang dilandaskan kebenaran” – Anonymous

Jadi Mahasiswa yang Melek Politik!

Posted by : Dimensi Mesin ITS
Date :Senin, 19 Mei 2014
With 0tanggapan
Tag :

WARNING!! INDONESIA KRISIS ENGINEER (OPINI)

| Jumat, 16 Mei 2014
Baca selengkapnya »


  
(Teknik Mesin FTI-ITS) - Tahukah kalian, para mahasiswa, salah satu ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi liberalisasi pasar ASEAN 2015 mendatang ? Salah satu ketidaksiapan itu adalah jumlah engineer Indonesia hingga kini masih sangat kurang bila dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia Tenggara.
Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Bobby Gafur Umar, menyatakan bahwa Indonesia hanya memiliki 164 orang engineer per satu juta penduduk. Padahal, idealnya Indonesia harus memiliki  400 orang engineer per satu juta penduduk. Negara tetangga kita, Malaysia,  telah memiliki 397 engineer per satu juta penduduk. Apalagi Korea yang telah memiliki 800 engineer per satu juta penduduk. Menyedihkan sekali, bukan ?
Kesedihan ini ditambah dengan persentase jumlah lulusan engineer di Indonesia yang sangat rendah, yakni hanya 11 persen dari seluruh sarjana tiap tahunnya. Idealnya adalah 20 persen dari seluruh sarjana haruslah seorang engineer. Salah satu penyebab hal ini adalah minat para siswa SMA untuk meneruskan ke pendidikan tinggi sampai menjadi engineer sangat turun dan jauh berbeda dengan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara. Lagi-lagi tetangga kita, Malaysia, perbandingan antara engineer dan seluruh sarjana lulusan perguruan tinggi mereka telah mencapai 50 persen. Miris sekali, bukan ?
Lalu, apa tindak lanjut kita ? Apakah tahun depan negeri kita ini, negeri nenek moyang kita ini, negeri sumber daya alam terbesar sedunia ini, dan negeri surga ini akan menjadi tempat jajahan versi modern oleh bangsa lain ? Apakah kita benar-benar menjadi budak dan kuli di tanah air kita sendiri di tahun 2015 besok ? (Jon-Dimensi)

WARNING!! INDONESIA KRISIS ENGINEER (OPINI)

Posted by : Dimensi Mesin ITS
Date :Jumat, 16 Mei 2014
With 0tanggapan
Tag :

Engineer tanpa politik hanyalah seorang kuli. Benarkah? [OPINI]

| Kamis, 15 Mei 2014
Baca selengkapnya »


Beberapa bulan lalu ketika beberapa keredaksian dari Dimensi mengikuti kuliah tamu dari SOSMAS HMM mengenai pergerakan mahasiswa, ada satu statement yang akhirnya kami buat yang bisa membangkitkan kembali pergerakan mahasiswa dan membuat mahasiswa khususnya teknik Mesin dapat kembali lagi ke habitat awalnya, untuk bisa menjadi tumpuan negri ini. bahwa Engineer tanpa ilmu politik hanyalah seorang kuli yang bisa di suruh membuat atau merancang sebuah mesin, bukan mengambil keputusan yang bijaksana, bukan sebagai Agent of Change yang akan mengubah sebuah struktur (pemerintahan mungkin) dengan sebuah pengambilan keputusan.






Menurut salah satu staff departemen komunikasi dan informasi (kominfo) dari BEM FTI ITS periode 2012-2013 mengungkapkan bahwa politik dan engineer itu sangat dekat hakikatnya, tetapi sayangnya mahasiswa ITS masih kebanyakan menganggap POLITIK itu adalah sesuatu yang sangat kotor. "Saya Pernah bertanya kepada salah satu anak ITS yang mungkin sangat anti yang namanya politik, dia berkata kalau kita sebagai mahasiswa ITS itu kuliah engineering yah harusnya tentang engineering saja. nanti urusan politik serahkan saja sama yang ahli. Dia (anak ITS yang katanya anti Politik -red) berkata bahwa akan mencoba berkontribusi lewat BUMN dsb".


Menurut opini staff kominfo yang tidak mau disebutkan namanya ini, percuma saja jika kita tidak mengerti politik dan mau berkontribusi misalnya di BUMN. Jika mainset pikiran kita hanya bekerja saja dan tidak mau memimpin atau kasarnya hanya jadi kuli, mungkin politik tidak menjadi sesuatu yang penting. Tetapi jika mainset kita sebagai seorang Agent Of Change atau sebagai "History Maker" yah mengertilah sedikit tentang politik.

Dia juga menambahkan bahwa jika engineer tidak mengerti politik akan berdampak buruk kepada engineer itu sendiri. "Misalnya seorang engineer dalam mengambil keputusan harus berbasis hukum juga, misalnya K3 itu ada standar dari pemerintah, power plant juga. Kalau misalnya engineer tidak tau aturan dan perkembangan negara, maka keputusan yang dia buat gak akan sejalan sama aturan negara."

Dia juga berpesan agar mahasiswa melek politik, banyak membaca tentang apa yang sedang terjadi di negara kita, "jangan kalo membaca koran, bagian olahraganya dulu yang di baca" serunya.
dia juga berpesan, ITS yang sekarang sudah mulai terangkat namanya, para mahasiswanya harus peka terhadap perkembangan politik dan peka juga terhadap nasib rakyat.




Berbeda dengan Esteban M52 (nama samaran), yang mengatakan bahwa politik itu tidak penting. "Hmm, mungkin bukan bidang kita sebagai engineer untuk bicara politik dan aku gak ngerti yang namanya politik dan mindset aku tentang politik sudah negatif, jadinya tambah males." tandasnya.

tetapi, di balik ketidaksukaannya akan politik, esteban M52 mengakui bahwa politik memiliki dampak yang cukup besar dalam kehidupan engineer kedepannya. Dia berkata, "Tapi, politik udah masuk ke dunia engineer. contohnya di perusahaan-perusahaan. kalau anak teknik gak ngerti politik bisa-bisa dibodohin"

Hampir sama dengan esteban M52, MF M56 mengungkapkan bahwa politik kadang membingungkan sehingga membuat beberapa mahasiswa ITS tidak mau menyentuhnya. "Saya pribadi awalnya suka tentang politik namun ketika saya lihat politik di Indonesia, kenapa ketika ada sebuah gagasan yang bisa memajukan Indonesia politik malah menghambat? " kata MF



Sebenarnya yang menjadi masalah adalah mindset mahasiswa ITS yang mengatakan bahwa Politik sudah sangat buruk dan jelek. Pertanyaan yang dapat ditanyakan adalah kenapa bisa mindset mereka menjadi jelek? 
Anis Baswedan (Rektor Universitas Paramadinaa) pernah berkata dalam wawancara bersama Najwa Shihab bahwa kenapa negara ini memiliki politikus yang buruk? karena semua orang baik lebih bersikap diam daripada bergerak, sehingga yang jahat dapat berkuasa.

Mungkin itu bisa menjadi jawaban kenapa mindset beberapa mahasiswa ITS sudah menjadi jelek mengenai politik. karena sebagian mereka lebih memilih diam dan menonton negara ini di porak-porandakan oleh beberapa orang yang hanya mengejar keinginan pribadi. 
Karena sudah terlanjur porak-poranda mungkin menjadi alasan juga kenapa beberapa mahasiswa ITS sudah malas dan tidak mau lagi berkecimpung dalam dunia politik.
Tidak ada salahnya jika mahasiswa belajar sedikit tentang politik, membaca dan megetahui prosedur dan undang-undang negara tentang Energi dan Minyak (yang sesuai dengan latar belakang kita sebagai Engineer), dan juga belajar bagaimana cara untuk mengambil sebuah keputusan (jika kita menjadi pemimpin perusahaan) yang berasaskan pancasila dan undang-undang.
Percuma toh nanti kalo misalnya kita mau membuka sebuah lapangan kerja atau berwirausaha tapi tidak menbgetahui aturan dan perundang-undangan tentang wirausaha, salah satunya ada pada Peraturan Pemerintah Nomr 60 tahun 2013 dan juga Nomor 27 tahun 2013 tentang pengembangan inkubator wirausaha.

Banyak negarawan kita yang berlatar belakang engineer dan berhasil menjadi pemimpin karena dimulai dari pikiran mereka yang kritis terhadap lingkungan mereka. Contohnya, mantan Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno.

 beliau masih bekerja sebagai arsitek dan juga sebagai pemikir bagaimana cara membuat Indonesia dapat merdeka. bahkan Belanda sempat menahan Soekarno karena pikirannya yang cukup kritis sehingga dapat menghasut masyarakat untuk melakukan perlawanan. bahkan ketika beliau di tahan di penjara elit Belanda, Soekarno menemukan cara untuk dapat berkomunikasi denga istrinya yaitu dengan menggunakan telur dimana cara yang digunakan sedikit berbeda yaitu dengan menusuk jarum ke telur. Jika satu tusukan pada telur berarti kabar baik, jika tusukan sebanyak dua kali pada telur artinya seorang teman Soekarno tertangkap namun jika terdapat tiga tusukan berarti aktivis kemerdekaan yang ditangkap cukup besar.


Contoh lain adalah tahanan KPK, yang dulunya adalah kepala satuan khusus SKK MIGAS, Rudi Rubiadini yang merupakan salah satu akademisi yang cukup pintar di bidang perminyakan. Karena beliau mau belajar politik, beliau bisa menjadi ketua SKK Migas, tetapi menyelewengkan kekuasaannya  yang akhirnya menjebloskan dia kedalam penjara. 



Selama tujuan kita baik untuk mempelajari politik, niscaya negara ini akan menjadi lebih baik dari masa sekarang. Karena pada zaman dulu, orang-orang yang bergerak di bidang politik adalah orang-orang yang memiliki tujuan mulia terhadap negaranya. Mahfud MD pun berkata "Dulu tokoh-tokoh kita berpolitik itu bersih, tidak ada yang pakai uang seperti sekarang, sehingga membuat politik menjadi kotor. Tetapi, jangan lupa bahwa politik itu merupakan fitrah manusia," kata tokoh asal Pamekasan, Madura, itu.



Mulailah dari membaca, dan selalu menanyakan "Mengapa" terhadap apa yang kau baca untuk melatih pikiran kritismu (ybs/dimensi)

Engineer tanpa politik hanyalah seorang kuli. Benarkah? [OPINI]

Posted by : Dimensi Mesin ITS
Date :Kamis, 15 Mei 2014
With 1 tanggapan:
Tag :

Apa Itu Keluarga Mahasiswa ITS?

| Sabtu, 10 Mei 2014
Baca selengkapnya »



(Teknik Mesin-ITS) Pada Pasal 1 KDKM, dituliskan bahwa KM ITS merupakan sebuah sistem yang menaungi seluruh aktifitas organisasi kemahasiswaan dalam lingkup institusi pendidikan di ITS. KM ITS berdiri pada tanggal 1 september 2001 yang merupakan hasil dari MUBES III, KM ITS diselenggarakan berdasarkan prinsip dari, oleh, dan untuk mahasiswa ITS (Pasal 4 KDKM ). Visi KM ITS yaitu Mewujudkan Keluarga Mahasiswa ITS yang mandiri, profesional,  demokratis, dan dinamis yang dilandasi oleh nilai-nilai ketuhanan YME, nilai kejuangan Sepuluh Nopember serta nilai kerakyatan dalam rangka mempelopori pengembangan Ilmu Pengetahuan, Seni, dan Teknologi bagi kesejahteraan masa depan almamater, masyarakat dan bangsa.
Ibarat sebuah negara KM ITS juga memiliki susunan pemerintahan yang sama seperti sistem pemerintahan di indonesia yang terbagi menjadi tiga, yaiutu : Eksekutif, Legislatif, dan Yudikat yang masing-masing memiliki peran dan tanggung jawab masing-masing. Terdiri dari Organisasi Kemahasiswaan, Lembaga Swadaya Mahasiswa, dan Lembaga minat dan Bakat, kedaulatan tertinggi KM ITS berada di tangan mahasiswa ITS dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Organisasi dan lembaga yang ada di ITS. Organisai Kemahasiswaan yang disebut dengan Ormawa terdiri dari Eksekutif Mahasiswa ITS, Legislatif ITS, dan Yudikatif Mahasiswa ITS. Dalam eksekutif mahasiswa ITS bersifat sebagai pelaksana dalam organisasi kemahasiswaan ITS, dimana didalamnya terdiri Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), Lembaga Mahasiswa Fakultas, Daerah Otonomi Politeknik, dan Badan eksekutif Mahasiswa ITS.
logo dewan perwakilan mahasiswa ITS
Lalu untuk lembaga legislatif dijalankan oleh DPM yang idealnya beranggotakan perwakilan dari setiap masing-masing jurusan di ITS. Perwakilan jurusan tersebut biasa disebut dengan senat. Namun hal ini belum sepenuhnya dapat terlaksana karena pada kenyataannya banyak jurusan yang belum mengirimkan wakilnya. Fungsi utama DPM sendiri seperti penjaring aspirasi, kontrol terhadap kinerja BEM ITS, dan Legislasi atau pembuat undang-undang. Untuk jaring aspirasi DPM memiliki beberapa cara untuk mendapatkan aspirasi seperti ASPIRIN (aspirasi online), Jaras Fakultas dan Kotak aspirasi di HOC. Lalu untuk menjalankan fungsi kontrol DPM, menggunakan dasar Undang-undang serta KDKM ITS.
Lembaga yudikatif dijalankan oleh Mahkamah Maahasiswa. Fungsi MM (singkatan dari Mahkamah Mahasiswa) sendiri mengawasi dalam hal hukum. Dimana MM mampu mengadili dan memberikan sangsi kepada individu atau lembaga terkait apabila telah melanggar atau lalai terhadap suatu Undang-undang atau KDKM ITS. Keanggotaan MM terdiri dari beberapa hakim yang jumlahnya ganjil, untuk kepengurusan tahun 2013/2014 jumlah hakim adalah 7 orang dimana masing-masing hakim memiliki spesialisasi pada bidang hukum tertentu. Namun kondisi yang demikian dirasa kurang ideal dikarenakan banyak mahasiswa KM Its yang belum mengetahui tentang MM itu sendiri.

Oleh karena itu kita sebagai generasi penerus KM ITS sudah sepantasnya ikut andil dalam kemajuan KM ITS. Karena suatu kemajuan yang tidak dibarengi dengan kerja sama antar pihak terkkait maka akan menjadi angan-angan semata. Maka persiapkan diri kalian dan berkontribusilah untuk kemajuan KM ITS. (M. Firdaus-2013)

Apa Itu Keluarga Mahasiswa ITS?

Posted by : Dimensi Mesin ITS
Date :Sabtu, 10 Mei 2014
With 0tanggapan
Tag :
Next Prev
▲Top▲